ILMU BAGAIKAN HUJAN

20/10/23

📚ILMU BAGAIKAN HUJAN📚

Berkata Imam Muslim rohimahulloh ta’ala:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَأَبُو عَامِرٍ الْأَشْعَرِيُّ، وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ – وَاللَّفْظُ لِأَبِي عَامِرٍ – قَالُوا: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنْ بُرَيْدٍ، عَنْ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, dan Abu Amir Al-Asy’ari, dan Muhammad bin Al-Ala – dan lafazh milik Abu Amir – mereka berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Buraid, dari Abu Burdah, dari Abu Musa, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ مَثَلَ مَا بَعَثَنِيَ اللهُ بِهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنَ الْهُدَى، وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَتْ مِنْهَا طَائِفَةٌ طَيِّبَةٌ، قَبِلَتِ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتِ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ، وَكَانَ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ، فَنَفَعَ اللهُ بِهَا النَّاسَ، فَشَرِبُوا مِنْهَا وَسَقَوْا وَرَعَوْا، وَأَصَابَ طَائِفَةً مِنْهَا أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً، وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللهِ، وَنَفَعَهُ بِمَا بَعَثَنِيَ اللهُ بِهِ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ»

“Sesungguhnya perumpamaan apa yang Alloh Azza wa Jalla utus aku dengannya dari petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan yang mengenai tanah, maka ada di antaranya tanah yang baik, menerima air lalu menumbuhkan rumput dan tumbuhan yang banyak, dan ada di antaranya tanah yang keras menahan air, maka Alloh memberi manfaat dengan itu kepada manusia, maka mereka minum darinya dan menyiram dan menggembalakan, dan menimpa hujan itu diantaranya tanah yang lainnya, yang sesungguhnya dia hanya tanah lembah yang tidak menahan air dan tidak menumbuhkan rumput. Maka itulah perumpamaan orang yang memahami agama Alloh, dan bermanfaat baginya dengan apa yang Alloh utus aku dengannya, maka dia mengetahui dan mengajarkan, dan perumpamaan orang yang tidak mengangkat dengan ha itu kepala (tidak peduli) dan tidak menerima petunjuk Alloh yang aku diutus dengannya” (Shohih Muslim: 15-2282)

Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahulloh ta’ala:

وفي هذا الحديث دليل على أن من فقه في دين الله، وعلم من سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم ما يعلم فإنه خير الأقسام، لأنه علم وفقه لينتفع وينفع الناس، ويليه من علم ولكن لم يفقه، يعني روى الحديث وحمله لكن لم يفقه منه شيئاً، وإنما هو رواية فقط، يأتي في المرتبة الثانية في الفضل بالنسبة لأهل العلم والإيمان.
والقسم الثالث: لا خير له، رجل أصابه من العلم والهدى الذي جاء به النبي عليه الصلاة والسلام، ولكنه لم يرفع به رأساً ولم ينتفع به، ولم يعلمه الناس، فكان ـ والعياذ بالله ـ كمثل الأرض السبخة التي ابتلعت الماء ولم تنبت شيئاً للناس، ولم يبق الماء على سطحها حتى ينتفع الناس به.
وفي هذا الحديث دليل على حسن تعليم الرسول عليه الصلاة والسلام، ذلك بضرب الأمثال لأن ضرب الأمثال الحسية يقرب المعاني العقلية أي: ما يدرك بالعقل يقربه ما يرك بالحس، وهذا مشاهد؛ فإن كثيراً من الناس لا يفهم، فإذا ضربت له مثلاً محسوساً فهم وانتفع، ولهذا قال الله تعالى: (وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ) (العنكبوت: 43) وقال تعالى: (وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ) (الروم: 58) فضرب الأمثال من أحسن طرق التعليم ووسائل العلم. والله الموفق.

Dan dalam hadits ini terdapat dalil bahwa barangsiapa yang memahami agama Allah, dan mengajarkan sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam apa yang dia ketahui maka dia adalah sebaik-baik golongan, karena dia mengetahui dan memahami untuk dia mengambil manfaat dan memberi manfaat kepada manusia, dan setelahnya adalah orang yang mengetahui tetapi tidak memahami, maksudnya meriwayatkan hadits dan membawanya tetapi tidak memahami darinya sesuatu pun, dan hanya riwayat saja, dia datang pada tingkatan kedua dalam keutamaan dibandingkan dengan ahli ilmu dan iman.
Dan golongan ketiga: tidak ada kebaikan baginya, orang yang sampai kepadanya dari ilmu dan petunjuk yang dibawa oleh Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, tetapi dia tidak mengangkat dengannya kepala (tidak peduli) dan tidak mengambil manfaat dengannya, dan tidak mengajarkannya kepada manusia, maka dia – waliyyaadzubillah – seperti tanah yang berlumpur yang menelan air dan tidak menumbuhkan sesuatu pun bagi manusia, dan tidak tinggal air di permukaannya sehingga manusia mengambil manfaat dengannya.
Dan dalam hadits ini terdapat dalil atas kebaikan pengajaran Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, yaitu dengan membuat perumpamaan karena membuat perumpamaan yang bersifat indrawi mendekatkan makna-makna yang bersifat akal yaitu: apa yang dicapai dengan akal didatangkan oleh apa yang dicapai dengan indra, dan ini tersaksikan; karena banyak orang tidak paham, maka jika dibuatkan untuknya perumpamaan yang bersifat indrawi maka dia mengerti dan mengambil manfaat, oleh karena itu Alloh Ta’ala berkata: (Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buatkan untuk manusia. Dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu) (Al-Ankabut: 43) Dan Alloh Ta’ala berkata: (Dan sungguh Kami telah membuatkan bagi manusia dalam Al Qur’an ini segala macam perumpamaan) (Ar-Rum: 58),  Maka membuat perumpamaan adalah sebaik-baik cara pengajaran dan sarana ilmu. Dan Allohlah Yang memberi taufiq.

📖 (Syarh Riyadhus Shalihin ibnu Utsaimin ,2/295).

Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

https://t.me/ilmui/496/949

ALLOH MAHA MELIPUTI

12/10/23

📚ALLOH MAHA MELIPUTI📚

Berkata Alloh ta’ala:

وَلِلَّهِ ٱلْمَشْرِقُ وَٱلْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا۟ فَثَمَّ وَجْهُ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ.

Dan kepunyaan Alloh-lah timur dan barat, maka kemanapun kalian menghadap di sanalah wajah Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Luas lagi Maha Mengetahui. (Al Baqoroh: 115)

Berkata Syaikh Ibnul Utsaimin rohimahulloh ta’ala:

قوله تعالى: {تولوا} أي تتجهوا؛ {فثم} أي فهناك؛ والإشارة إلى الجهة التي تولوا إليها؛ و {وجه الله} : اختلف فيه المفسرون من السلف، والخلف، فقال بعضهم: المراد به وجه الله الحقيقي؛ وقال بعضهم: المراد به الجهة: {فثم وجه الله} يعني: في المكان الذي اتجهتم إليه جهة الله عز وجل؛ وذلك؛ لأن الله محيط بكل شيء؛ ولكن الراجح أن المراد به الوجه الحقيقي؛ لأن ذلك هو الأصل؛ وليس هناك ما يمنعه؛ وقد أخبر النبي صلى الله عليه وسلم أن الله تعالى قِبَل وجه المصلي؛ والمصلُّون حسب مكانهم
يتجهون؛ فأهل اليمن يتجهون إلى الشمال؛ وأهل الشام إلى الجنوب؛ وأهل المشرق إلى المغرب؛ وأهل المغرب إلى الشرق؛ وكل يتجه جهة؛ لكن الاتجاه الذي يجمعهم الكعبة؛ وكل يتجه إلى وجه الله؛ وعلى هذا يكون معنى الآية: أنكم مهما توجهتم في صلاتكم فإنكم تتجهون إلى الله سواء إلى المشرق، أو إلى المغرب، أو إلى الشمال، أو إلى الجنوب.
قوله تعالى: {إن الله واسع عليم} ؛ «الواسع» يعني واسع الإحاطة، وواسع الصفات؛ فهو واسع في علمه، وفي قدرته، وسمعه، وبصره، وغير ذلك من صفاته؛ و {عليم} أي ذو علم؛ وعلمه محيط بكل شيء.

Perkataan Alloh Ta’ala: {ke mana saja kalian menghadap} maksudnya ke mana saja kalian berpaling; {di situlah} maksudnya di sanalah; dan isyarat kepada arah yang kalian hadapi; dan {wajah Alloh}: para ahli tafsir dari kalangan salaf dan khalaf berbeda pendapat tentang maknanya, maka sebagian mereka berkata: yang dimaksud dengannya adalah wajah Alloh yang sebenarnya; dan sebagian mereka berkata: yang dimaksud dengannya adalah arah: {di situ ada wajah Allah} artinya: di tempat yang kamu hadapi itu ada arah Alloh Azza wa Jalla; dan hal itu karena Alloh Maha Meliputi segala sesuatu; tetapi pendapat yang lebih kuat yang dimaksud dengannya adalah wajah yang sebenarnya; karena itu adalah asalnya; dan tidak ada yang menghalanginya; dan (di shohih AlBukhory) Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa Alloh Ta’ala di depan wajah orang yang sedang sholat; dan orang-orang yang sholat sesuai dengan tempat mereka menghadap; maka penduduk Yaman menghadap ke utara; dan penduduk Syam ke selatan; dan penduduk timur ke barat; dan penduduk barat ke timur; dan setiap orang menghadap ke suatu arah; tetapi arah yang menyatukan mereka adalah Ka’bah; dan setiap orang menghadap ke wajah Alloh; dengan demikian maka makna ayat ini: bahwa kalian di mana saja kalian menghadap dalam sholat kalian maka kalian menghadap kepada (wajah) Alloh, sama saja ke timur, atau ke barat, atau ke utara, atau ke selatan.
Perkataan Alloh Ta’ala: {Sesungguhnya Alloh Maha Luas lagi Maha Mengetahui}; «Maha Luas» maksudnya luas dalam meliputi, dan luas dalam sifat-sifat-Nya; Dia juga luas dalam ilmu-Nya, dan dalam kekuasaan-Nya, dan pendengaran-Nya, dan penglihatan-Nya, dan selain itu dari sifat-sifat-Nya; dan {Maha Mengetahui} maksudnya Yang Mempunyai ilmu; dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.

[Tafsir Al-Utsaimin: Al-Fatihah dan Al-Baqoroh, 2/13-14]

📝 Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakaassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

https://t.me/ilmui/496/937

HUKUM UCAPAN ALMARHUM

26/09/23

📖 ILMUI 📚:
📚HUKUM UCAPAN “Almagfur (yang telah pasti diampuni)” ATAU “Almarhum (yang telah pasti dirohmati)” UNTUK ORANG YANG TELAH DIWAFATKAN📚

حكم عبارات (المغفور له) أو (المرحوم) للمتوفى

Asysyaikh Ibnu Baz rohimahulloh ditanya:

س: ما هي العبارات التي تطلق في حق الأموات؟ فنحن نسمع عن فلان (المغفور له) أو (المرحوم)، فهل هذه العبارات صحيحة؟ وما التوجيه فـي ذلك؟

Pertanyaan: Apa ungkapan yang boleh digunakan untuk orang yang sudah meninggal? Kita sering mendengar tentang seseorang yang disebut “Almagfur” atau “Almarhum.” Apakah ungkapan-ungkapan ini benar? Apa tuntunannya dalam masalah ini?

ج: المشروع في هذا أن يقال: (غفر الله له) أو (رحمه الله) ونحو ذلك إذا كان مسلما، ولا يجوز أن يقال (المغفور له) أو (المرحوم)؛ لأنه لا تجوز الشهادة لمعين بجنة أو نار أو نحو ذلك، إلا لمن شهد الله له بذلك في كتابه الكريم أو شهد له رسوله عليه الصلاة والسلام، وهذا هو الذي ذكره أهل العلم من أهل السنة، فمن شهد الله له في كتابه العزيز بالنار كأبي لهب وزوجته، وهكذا من شهد له الرسول ﷺ بالجنة كأبي بكر الصديق وعمر بن الخطاب وعثمان وعلي وبقية العشرة ، وغيرهم ممن شهد له الرسول عليه الصلاة والسلام بالجنة كعبدالله بن سلام وعكاشة بن محصن رضي الله عنهما أو بالنار كعمه أبي طالب وعمرو بن لحي الخزاعي وغيرهما ممن شهد له الرسول ﷺ بالنار، نعوذ بالله من ذلك، نشهد له بذلك.
أما من لم يشهد له الله سبحانه ولا رسوله بجنة ولا نار، فإنا لا نشهد له بذلك على التعيين، وهكذا لا نشهد لأحد معين بمغفرة أو رحمة إلا بنص من كتاب الله وسنة رسوله ﷺ، ولكن أهل السنة يرجون للمحسن ويخافون على المسيء، ويشهدون لأهل الإيمان عموما بالجنة وللكفار عموما بالنار، كما أوضح ذلك سبحانه في كتابه المبين قال تعالى: وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا الآية [التوبة:72] من سورة التوبة، وقال تعالى فيها أيضا وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ الآية [التوبة:68] وذهب بعض أهل العلم إلى جواز الشهادة بالجنة أو النار لمن شهد له عدلان أو أكثر بالخير أو الشر لأحاديث صحيحة وردت في ذلك.

(مجموع فتاوى ومقالات الشيخ ابن باز 5 /355)

Jawaban: Yang dianjurkan dalam hal ini adalah mengatakan, “goffarallohu lahu (semoga Alloh memberikan ampunan kepadanya)” atau “rohimahullohu (semoga Alloh merahmatinya)” dan sejenisnya, jika orang tersebut adalah seorang Muslim. Tidak boleh mengatakan “Almagfur” atau “Almarhum” karena tidak dibolehkan memberikan kesaksian tentang seseorang (secara individu) masuk surga atau neraka atau yang semisalnya, kecuali bagi mereka yang Alloh telah memberikan kesaksian dalam Kitab-Nya (Alqur’an) yang mulia atau kesaksian Rosul-Nya alaihissholatu wassalam (di haditsnya yang shohih).

Ini adalah prinsip yang telah dijelaskan oleh ulama dari Ahlussunnah. Maka siapa yang dipersaksikan oleh Alloh di KitabNya yang mulia dengan neraka, seperti Abu Lahab dan istrinya, demikian pula siapa yang dipersaksikan oleh Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam masuk surga seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khottob, Utsman, Ali, dan sepuluh orang yang dijamin surga oleh Rasulullah ﷺ, serta orang lainnya yang Rosul memberikan kesaksian masuk surga seperti Abdulloh bin Sallam dan Ukkasyah bin Mihson, rodhiyallohu anhuma, atau dipersaksikan masuk neraka seperti paman beliau, Abu Tholib, dan Amr bin Luhay Al-Khuza’i, dan lainnya yang Rasulullah ﷺ memberikan kesaksian dia masuk neraka, kita berlindung kepada Alloh dari hal tersebut, maka kita memberikan kesaksian sesuai dengan dalil tersebut.

Adapun bagi mereka yang Alloh dan Rosul-Nya tidak memberikan kesaksian baginya masuk surga atau neraka, maka kita tidak memberikan kesaksian tentang hal itu dengan pasti secara rinci (individu). Demikian juga kami tidak memberikan kesaksian tentang pengampunan atau rahmat kepada seseorang secara individu, kecuali dengan nash dari Kitabulloh dan Sunnah Rosul-Nya ﷺ. Namun, Ahlussunnah berharap kebaikan bagi orang-orang yang berbuat baik dan khawatir atas orang-orang yang berbuat jahat.

Mereka memberikan kesaksian secara umum masuk surga bagi orang-orang beriman dan masuk neraka bagi orang-orang kafir, sesuai dengan yang dinyatakan oleh Alloh dalam Kitab-Nya yang terang, Alloh berkata: “Alloh telah menjanjikan surga bagi orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya” (QS. At-Taubah: 72), dan juga Alloh mengatakan: “Allah telah menjanjikan neraka Jahannam bagi orang-orang munafik, laki-laki dan perempuan, dan orang yang kafir, mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan untuk mereka.” hingga akhir ayat. (QS. At-Taubah: 68). Sebahagian ulama berpendapat bolehnya memberikan kesaksian tentang surga atau neraka bagi orang yang telah diberi kesaksian oleh dua atau lebih saksi yang adil tentang kebaikan atau kejahatan, berdasarkan hadis-hadis yang shohih yang berkaitan dengan hal ini.

📖 Majmu’ Fatawaa wa Maqolaat Asy-Syaikh Ibnu Baz, Jilid 5, halaman 355.

📝 Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

https://t.me/ilmui/496/923

📚WAJIBNYA BERPIHAK KEPADA ORANG-ORANG YANG JUJUR/BENAR📚

22/09/23

📚WAJIBNYA BERPIHAK KEPADA ORANG-ORANG YANG JUJUR/BENAR📚

Berkata Alloh ta’ala

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ}.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Attaubah: 119)

Berkata Syaikh Ibnu Nashir Assa’dy rohimahulloh ta’ala:

أي: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا} بالله، وبما أمر الله بالإيمان به، قوموا بما يقتضيه الإيمان، وهو القيام بتقوى الله تعالى، باجتناب ما نهى الله عنه والبعد عنه.
{وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ} في أقوالهم وأفعالهم وأحوالهم، الذين أقوالهم صدق، وأعمالهم، وأحوالهم لا تكون إلا صدقا خلية من الكسل والفتور، سالمة من المقاصد السيئة، مشتملة على الإخلاص والنية الصالحة، فإن الصدق يهدي إلى البر، وإن البر يهدي إلى الجنة.

Yaitu: Wahai orang-orang yang beriman kepada Alloh dan kepada apa yang Dia perintahkan untuk beriman kepadanya, tegaklah kalian dengan apa yang diharuskan oleh iman itu, yaitu menegakkan takwa kepada Alloh ta’ala dengan cara menjauhi apa yang dilarang Alloh dan menjaga jarak dari larangannya.
“Dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur” dalam perkataan, perbuatan, dan keadaan mereka, yaitu orang-orang yang perkataannya adalah benar, perbuatannya juga benar, dan keadaannya jujur, yang bebas dari malas dan lemah (dalam mencari kebenaran), yang selamat dari maksud-maksud yang buruk, yang mengandung ketulusan dan niat yang baik, karena sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga.

📖 Tafsir Assa’dy hal. 355

📝 Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakaassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

BERSILAT LIDAH DIHADAPAN ULAMA

08/09/23

📚BERSILAT LIDAH DIHADAPAN ULAMA📚

Berkata Imam Muslim rohimahulloh ta’ala:

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ، أَخْبَرَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

Menceritakan kepada kami yahya bin yahya attamimy, mengabarkan kepada kami Abu Mu’awiyah dari Hisyam bin ‘Urwah, dari bapaknya, dari Zainab binti Abu Salamah, dari Ummu Salamah, berkata: berkata Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam:

«إِنَّكُمْ تَخْتَصِمُونَ إِلَيَّ، وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَنْ يَكُونَ أَلْحَنَ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ، فَأَقْضِيَ لَهُ عَلَى نَحْوٍ مِمَّا أَسْمَعُ مِنْهُ، فَمَنْ قَطَعْتُ لَهُ مِنْ حَقِّ أَخِيهِ شَيْئًا، فَلَا يَأْخُذْهُ، فَإِنَّمَا أَقْطَعُ لَهُ بِهِ قِطْعَةً مِنَ النَّارِ»

“Sesungguhnya kalian saling mengadu kepadaku, dan boleh jadi sebahagian lebih pandai berdebat dengan hujjahnya daripada yang lain, lalu aku memutuskan untuknya sesuai penyampaian yang aku dengar darinya, maka barangsiapa yang aku putuskan perkara untuknya dengan mengambil suatu hak dari saudaranya, maka jangan dia mengambilnya, karena sesungguhnya aku putuskan potongan dari neraka dengan (sebab tersebut) untuknya”.

📖 Shohih Muslim: 4 – (1713)

📝Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

https://t.me/ilmui/496/880

JAGALAH LIDAHMU

04/09/23

JAGALAH LIDAHMU

Berkata Imam AlBukhory rohimahulloh ta’ala:

حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُنِيرٍ، سَمِعَ أَبَا النَّضْرِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ يَعْني ابْنَ دِينَارٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
Menceritakan kepadaku ‘Abdullah bin Munir, dia mendengar Abu Annadhr, menceritakan kepada kami Abdurrohman bin Abdulloh yaitu ibnu Dinar, dari bapaknya, dari Abu Sholih, dari Abu Huroiroh, dari Nabi shollallohu alaihi wa sallam berkata:

«إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ»

“Sungguh seorang hamba benar-benar berbicara dengan suatu kata yang termasuk yang Alloh ridhoi, yang dia tidak pedulikan, Alloh mengangkatnya beberapa derajat karenanya, dan sungguh seorang hamba benar-benar berbicara dengan suatu kata yang termasuk yang Alloh murkai, yang dia tidak pedulikan, dia diseret karenanya ke dalam jahannam”.

 Shohih AlBukhory: 6478

: Abu Ibrohim Saiid AlMakassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

https://t.me/ilmui/496/871

SIAPAKAH YANG ENGGAN MASUK SURGA?

31/08/23

📚SIAPAKAH YANG ENGGAN MASUK SURGA? 📚

Berkata imam AlBukhory rohimahulloh:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ، حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ، حَدَّثَنَا هِلاَلُ بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ:

«كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى»، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: «مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى»

Menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan, menceritakan kepada kami Fulaih, menceritakan kepada kami Hilal bin Ali, dari ‘Atho’ bin Yasar , dari Abu Huroiroh rodhiyallohu anhu, bahwasanya Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam berkata:

“Semua ummatku akan masuk surga kecuali yang enggan, mereka (para sahabat) berkata: wahai Rosululloh, siapakah yang enggan?, beliau berkata: “siapa yang taat kepadaku masuk surga, dan siapa yang durhaka kepadaku maka dia itulah yang enggan”.

📖 Shohih AlBukhory no. 7280

🖋: Abu Ibrohim Saiid AlMakassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

https://t.me/ilmui/496/858